(hikmah berharga, bahwa harta & tahta tidak menjamin bahagia)
Saya punya relasi beberapa pejabat mulai dari RT, RW, Camat/Lurah, Bupati, Gubernur
sampai mantan menteri dan konglomerat. Bahkan saya pernah diminta
mengajar dan membimbing putra/putri mereka atau membantu mengobati
mereka.
Sepanjang saya bergaul
dengan mereka dalam koridor syariat Islam, ada satu hal hikmah yang saya
petik untuk menjadi bekal dalam kehidupan saya dan untuk dibagi pada
orang lain, yaitu bahwa "harta dan tahta bukanlah penjamin kebahagiaan
hidup".
Diantara mereka ada yang curhat pada saya, bahwa dengan
banyak harta, mereka jadi terlupakan pada akhirat, agak sombong dan
kurang kekhusukan dalam ibadah. Dan diantara mereka ada yang mengakui
bahwa dengan tahta (jabatan) khususnya sebagai pemimpin suatu daerah,
sangat dekat pada perbuatan dosa, diantaranya suap menyuap, korupsi,
tipu menipu, menyalahi amanah, dan lain sebagainya. Walaupun kita ingin
menjadi baik dan taat pada syariat, namun desakan atau paksaan sistem
dan kondisi yang mungkin akan menjebak kedalam dosa tersebut.
Ada beberapa orang yang sangat jujur dalam curhatannya, selama suami
atau keluarganya menjadi pejabat atau konglomerat, kebahagiaan mereka
hanya sedikit dirasakan. Yang ada adalah kesibukan terhadap dunia,
anak-anak tidak terjaga sebagaimana perintah syariat. Bahkan dengan
harta dan jabatan yang ada, anak-anak mereka jadi sombong, hidup glamor
atau hedonis (orientasi pada kesenangan fisik/duniawi), bahkan ada juga
diantara anak mereka yang terjebak dunia kelam seperti dugem, narkoba,
sex bebas dan lain sebagainya.
Nurani mereka yang masih
diselimuti iman menginginkan kehidupan yang bahagia dan baik. Mereka
melihat keluarga saya dan para ustadz yang soleh yang mereka mintai
nasihat terlihat hidup penuh bahagia, terpancar senyum ikhlas, bahagia
dan tentram darinya, walaupun terkadang mereka hidup sangat sederhana.
Mereka yang pernah mengkaji Islam dengan baik akhirnya merasa, mungkin
karena harta dan tahta yang mereka miliki melalaikan dan kurang
keberkahan. Akhirnya mereka pun berlomba menginfakkan hartanya dibidang
sosial atau keagamaan. Ada juga diantara mereka yang ingin mengundurkan
diri dari jabatannya dan ingin hidup normal tiada paksaan sistem dan
kondisi. Ada juga diantara mereka yang mebayangkan hidup sederhana dalam
ketaatan pada Allah Swt.
Saya pernah memberi nasihat pada
mereka, "sesungguhnya Allah menyukai orang yang kaya, takwa dan takut
pada-Nya, maka jadilah yang demikian. Tidak mengapa berharta karena itu
karunia Allah, namun jangan sampai melalaikan dan melenakan, karena
memang dunia melalaikan dari mengingat Allah. Jangan sampai seperti
Qorun (masa nabi Musa AS) yang dimusnahkan Allah karena kesombongan diri
dan hartanya, dan Tsa'labah (masa Rasulullah Saw) yang dibenci Allah
dan Rasul-Nya karena terlalaikan oleh harta dunia".
Saya sampaikan nasihat dari beberapa ayat dan hadits tentang harta dan jabatan:
وَأَنفِقُوا۟ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ وَلَا تُلْقُوا۟ بِأَيْدِيكُمْ إِلَى
ٱلتَّهْلُكَةِ ۛ وَأَحْسِنُوٓا۟ ۛ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُحْسِنِينَ
"Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu
menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah,
karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik." (QS.
al-Baqoro[2]: 195)
وَلَا تُعْجِبْكَ أَمْوَٰلُهُمْ
وَأَوْلَٰدُهُمْ ۚ إِنَّمَا يُرِيدُ ٱللَّهُ أَن يُعَذِّبَهُم بِهَا فِى
ٱلدُّنْيَا وَتَزْهَقَ أَنفُسُهُمْ وَهُمْ كَٰفِرُونَ
"Dan
janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya
Allah menghendaki akan mengazab mereka di dunia dengan harta dan
anak-anak itu dan agar melayang nyawa mereka dalam keadaan kafir." (QS.
at-Taubah[9]: 85)
ٱلْمَالُ وَٱلْبَنُونَ زِينَةُ
ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا ۖ وَٱلْبَٰقِيَٰتُ ٱلصَّٰلِحَٰتُ خَيْرٌ عِندَ
رَبِّكَ ثَوَابًۭا وَخَيْرٌ أَمَلًۭا
"Harta dan anak-anak adalah
perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh
adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk
menjadi harapan." (QS. al-Kahfi[18]: 46)
وَمَآ
أَمْوَٰلُكُمْ وَلَآ أَوْلَٰدُكُم بِٱلَّتِى تُقَرِّبُكُمْ عِندَنَا
زُلْفَىٰٓ إِلَّا مَنْ ءَامَنَ وَعَمِلَ صَٰلِحًۭا فَأُو۟لَٰٓئِكَ لَهُمْ
جَزَآءُ ٱلضِّعْفِ بِمَا عَمِلُوا۟ وَهُمْ فِى ٱلْغُرُفَٰتِ ءَامِنُونَ
"Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kamu yang
mendekatkan kamu kepada Kami sedikit pun; tetapi orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka itulah yang memperoleh
balasan yang berlipat ganda disebabkan apa yang telah mereka kerjakan;
dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yang tinggi (dalam surga)."
(QS. Saba'[34]: 37)
إِنَّمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَا
لَعِبٌۭ وَلَهْوٌۭ ۚ وَإِن تُؤْمِنُوا۟ وَتَتَّقُوا۟ يُؤْتِكُمْ
أُجُورَكُمْ وَلَا يَسْـَٔلْكُمْ أَمْوَٰلَكُمْ
"Sesungguhnya
kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau. Dan jika kamu
beriman serta bertakwa, Allah akan memberikan pahala kepadamu dan Dia
tidak akan meminta harta-hartamu." (QS. Muhammad[47]: 36)
"Yang dinamakan kekayaan bukanlah banyaknya harta-benda tetapi kekayaan
yang sebenarnya ialah kekayaan jiwa (hati)." (HR. Abu Ya'la)
"Harta kekayaan adalah sebaik-baik penolong bagi pemeliharaan ketakwaan kepada Allah." (HR. Ad-Dailami)
"Bagi tiap sesuatu terdapat ujian dan cobaan, dan ujian serta cobaan terhadap umatku ialah harta-benda." (HR. Tirmidzi)
"Ketika seorang dari kalian memandang orang yang melebihi dirinya dalam
harta dan anak, maka hendaklah ia juga memandang orang yang lebih
rendah darinya, yaitu dari apa yang telah dilebihkan kepadanya." (Shahih
Muslim No.5263)
Dari Abu Said al-Khudri r.a. dari Nabi s.a.w.
sabdanya: ''Sesungguhnya dunia ini manis dan menghijau -yakni lezat dan
nyaman- dan sesungguhnya Allah itu menjadikan engkau semua sebagai
pengganti di bumi itu, maka itu Dia akan melihat apa-apa yang engkau
lakukan. Oleh karenanya, maka takutilah harta dunia dan takutilah pula
tipu daya kaum wanita. Sebab sesungguhnya pertama-tama fitnah yang
bercokol di kalangan kaum Bani Israil adalah dalam persoalan kaum
wanita." (HR Muslim)
"Penghuni neraka ialah orang yang buruk
perilaku dan akhlaknya dan orang yang berjalan dengan sombong, sombong
terhadap orang lain, menumpuk harta kekayaan dan bersifat kikir. Adapun
penghuni surga ialah rakyat yang lemah, yang selalu dikalahkan." (HR. Al
Hakim dan Ahmad)
Rasulullah Saw berkata kepada
Abdurrahman bin Samurah, "Wahai Abdurrahman bin Samurah, janganlah
engkau menuntut suatu jabatan. Sesungguhnya jika diberi karena ambisimu
maka kamu akan menanggung seluruh bebannya. Tetapi jika ditugaskan tanpa
ambisimu maka kamu akan ditolong mengatasinya." (HR. Bukhari dan
Muslim)
"Jabatan (kedudukan) pada permulaannya penyesalan, pada
pertengahannya kesengsaraan (kekesalan hati) dan pada akhirnya azab
pada hari kiamat." (HR. Ath-Thabrani)
Wallahu a'lam.
Oleh : M Fathurrahman Abu Rabbani
0 comments:
Posting Komentar