“Saya hampir saja tidak bisa terlahir ke dunia ini.” Ding Zu-ji, seorang pensiunan penyelidik khusus yang diambil fotonya sedang menggendong ibunya dengan sehelai kain kembang dalam sebuah rumah sakit di kota Tainan Taiwan, ketika menerima wawancara khusus dari para wartawan tanggal 6 Maret 2012 mengungkapkan sebuah rahasia betapa kehidupannya sangat berkaitan erat dengan kehidupan ibunya; dia mengatakan bahwa pada saat ibunya sedang mengandungnya enam bulan, naik kapal meninggalkan Tiongkok menuju Taiwan dan hampir saja dibuang ke laut karena tidak dapat menunjukkan kartu identitas diri.
“Saya adalah anak paling sulung dalam keluarga, hubunganku dengan ibu
memang paling dekat dan itu ada cerita dibaliknya.” Ding Zu-ji
mengenang kembali pada tahun 1950 ketika Pemerintah Nasionalis mundur
dari Tiongkok ke Taiwan, disebabkan ayahnya adalah seorang prajurit,
maka ibunya mengikuti keluarga prajurit lainnya untuk sama-sama naik
kapal ke Taiwan; karena banyak sekali warga Tiongkok yang ingin pergi ke
Taiwan, maka setiap kapal penuh sesak dengan manusia dan membuat setiap
unit kapal kelebihan beban, para perwira dan prajurit di atas kapal
melakukan pemeriksaan keamanan dengan sangat ketat demi mencegah naiknya
musuh ke atas kapal, siapa saja yang tidak membawa kartu identitas diri
akan dibuang ke laut.
Ding Zu-ji mengatakan kalau saat itu kebetulan ibunya sedang
mengandungnya enam bulan, dengan perut buncit naik ke kapal untuk menuju
Taiwan bersama-sama dengan keluarga prajurit lainnya; tak disangka
ketika para perwira dan prajurit memeriksa kartu identitas diri, ibunya
tidak bisa menemukan kartu identitas diri dan membuatnya sangat gelisah.
Walau teman seperjalanan lainnya berinisiatif menjadi saksi, bahkan
memohon belas kasihan dari para perwira dan prajurit, namun mereka tetap
ikut aturan dan hampir saja membuang ibu yang sedang berperut besar ke
laut.
Untungnya, ketika kedua belah pihak sedang berkomunikasi dan tarik
menarik, mendadak ada orang yang menemukan ada selembar kartu identitas
diri di bawah bangku panjang sebelah, setelah diambil ternyata adalah
kartu identitas diri ibu yang jatuh karena kurang hati-hati, barulah
terhindar dari ambang kematian. Ding Zu-ji berkata sambil tertawa:
“Sejak itulah hubunganku dengan ibu sangatlah dekat.”
“Saya bukan anak berbakti!” Ding Zu-ji menekankan dengan nada
menyalahkan diri sendiri, “Saya tidak merawat ibu dengan baik, sehingga
ibu terjatuh dan patah tulang kaki kiri, bahkan keinginan ibu untuk
pulang ke Tiongkok juga tidak mampu direalisasikan, sehingga tidak
pantas untuk dikatakan sebagai anak berbakti.” Awalnya dia ingin
menunggu kondisi tubuih ibunya membaik sedikit, baru akan membawanya
pulang ke Tiongkok mengunjungi sanak keluarga di sana, Ding Zu-ji
mengatakan dengan sedikit sedih: “Sayangnya ibu tidak bisa menunggu
sampai saya bebas bepergian ke Tiongkok sudah pun kehilangan ingatan”;
Ding Zu-ji harus menunggu selama tiga tahun sesudah pensiun sebagai
penyelidik baru boleh pergi ke Tiongkok, dalam selang waktu tersebut
ternyata semua ingatan ibunya sudah hilang, ini membawa penyesalan dalam
diri Ding Zu-ji.
Ding Zu-ji mengatakan, pada tanggal 2 Maret 2012 bisa menggendong
ibunya dengan sehelai kain kembang pergi ke rumah sakit terutama karena
ibunya mengalami patah tulang dan tidak leluasa bergerak, karena ingin
segera menghantarkan ibunya ke rumah sakit dan dalam hati juga berpikir
menggendong sebentar tidak akan terlalu capek, barulah berbuat demikian,
tidak pernah menduga kalau tindakannya ini akan menarik perhatian
banyak orang; akan tetapi, dia menyatakan kalau di kemudian hari dia
akan mempergunakan ambulans untuk menghantarkan ibunya dan meminjam
ranjang dorong pada rumah sakit.
Sumber : Duniatraining.com