25 Oktober 2012

Sejarah Perjalanan Telekomunikasi di Indonesia

Indonesia Cellular Show dan Festival Komputer Indonesia 2012 telah diadakan beberapa bulan lalu, Minggu, (10/6/2012). Mungkin ada yang terlewatkan dari rangkaian kunjungan Anda di festival yang digelar di Jakarta Convention Center itu, yakni mendatangi booth Museum Telekomunikasi di Assembly Hall JCC.

Dikelilingi oleh stand operator seperti Axis, Indosat, Smartfren, Telkomsel, dan XL Axiata, Museum Telekomunikasi merupakan tempat yang menyediakan informasi perjalananan industri telekomunikasi di Indonesia, sejak tahun 1984 sampai dengan saat ini, dimana perangkat mobile sudah menjadi bagian kehidupan sehari-hari.

Perjalanan telekomunikasi di Indonesia dimulai dengan hadirnya NMT (Nordic Mobile Phone) dengan sistem analog yang dikembangkan oleh The Telecommunication Administration of Sweden, Norwegia, Finlandia, dan Denmark.

Setahun berselang, teknologi bergeser ke NMT Modifikasi dengan sistem AMPS (Advance Mobile Phone System), dimana ada 4 operator di Indonesia yang menggunakan sistem ini, yaitu PT Rajasa Hazanah Perkasa, PT Elektrindo Nusantara, PT Centralindo Telekomindo, dan PT Panca Sakti.

Tahun 1993, industri GSM (Global System for Mobile Communication) mulai berkembang di Indonesia, ditandai dengan proyek percontohan seluler digital PT Telkom di pulau Batam dan Bintan.

Dekade ini, seiring dengan semakin maraknya operator GSM beroperasi di Indonesia, mulai dari PT Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) sebagai operator GSM pertama di Indonesia yang menggunakan SIM Card (1994), disusul oleh Telkomsel yang didirikan oleh Telkom (1995), dan PT Excelcomindo Pratama (1996).

Hingga akhir tahun 1999, terdapat 2,5 juta pelanggan seluler di Indonesia dan sebagian besar adalah pengguna produk ketiga operator tersebut.

Tahun 2000, layanan SMS (Short Message Service) mulai marak dan Nokia mejadi brand yang sangat populer. Tahun 2002, penyedia jaringan telekomunikasi Ericsson dan Alcatel mulai masuk ke Indonesia.

Tahun 2003, era CDMA dimulai dengan hadirnya Esia dan Flexi milik Telkom. Kehadiran CDMA diakui cukup berdampak pada jumlah pengguna seluler meningkat tajam karena semakin murahnya tarif layanan dan handset.

Tahun 2006 Hutchinson masuk ke Indonesia dengan merek 3, disusul Axis tahun 2008. Perkembangan telekomunikasi pun semakin pesat di era ini dengan hadirnya berbagai merek smartphone yang memudahkan akses internet dari telepon.

Dan sampai akhir tahun 2011, menurut data ATSI (Asosiasi Telepon Seluler Indonesia), pengguna layanan seluler Indonesia telah mencapai 240 juta lebih.

"Melalui museum telekomunikasi, masyarakat yang sebagian besar sudah menggunakan teknologi mobile dalam kehidupan sehari-hari, akan memperoleh wawasan mengenai sejarah dan perkembangan teknologi di tanah air," kata Dwi Putri Winahyu, IT Division Manager Dyandra Promosindo.

Sumber

0 comments:

Posting Komentar