Seorang
Ibu di Inggris dihadapkan sebuah pilihan sulit;
Menyelamatkan nyawanya
sendiri, atau menyelamatkan bayi dalam rahimnya yang sudah ia
impi-impikan.
Bulan Maret kemarin, Seorang ibu dari Inggris, Stacie Crimm, mendapat
kabar terindah yang membuatnya menangis sambil tertawa. Ia dinyatakan
hamil. Padahal, sebelumnya dokter pernah memvonis Stacie tidak bisa
mempunyai anak.
Seperti
seorang ibu yang hendak mempunyai anak pada umumnya, Ibu berumur 41
tahun itu menghabiskan minggu-minggu berikutnya untuk untuk mencari
segala peralatan dan keperluan bayi. Namun saat itu pula ia mulai
merasa khawatir dengan kondisi kesehatannya yang menurun drastis. Ia
beberapa kali merasa sakit kepala yang hebat dan pandangan matanya
menjadi kabur. Sekujur tubuhnya sering bergetar sendiri.
Kepada
kakaknya, Ray, Stacie mulai menceritakan kekhawatirannya akan
kondisinya tersebut. Ia meminta Ray untuk menjaga bayinya jika terjadi
hal buruk yang menimpa dirinya.
Stacie yang seorang orang tua tunggal, akhirnya memutuskan untuk pergi
ke dokter pada bulan Juli atas saran dan dukungan dari anggota
keluarganya yang lain.
Hasil pemeriksaanya sungguh mencengangkan, lehernya ternyata sudah digerogoti oleh penyakit kanker.
Dokter memberinya dua pilihan sulit. Memilih satu siapa yang hidup: Ia atau bayinya.
Stacie menolak tawaran kemoterapi dan lebih rela membiarkan kanker itu
mencabut nyawanya demi dapat menggendong bayinya di kemudian hari.
Tanggal 16 Agustus, keadannya semakin parah dan ia pingsan di rumahnya
di daerah Ryan, Oklahoma. Ia dibawa ke rumah sakit dimana dokter
menyatakan bahwa sel-sel tumor sudah menyerang pembuluh otaknya.
Setelah
dua hari dirawat di rumah sakit, detak jantung bayinya anjlok, lalu
jantung Stacie berhenti berdetak. Dokter segera mengumumkan keadaan
darurat dan melakukan operasi caesar untuk mengeluarkan bayi Stacie
dari rahim ibunya.
"Kakak benar-benar sekarat ketika itu," ujar Ray kepada surat kabar
Oklahoma. "Tubuh manusianya sedang berjuang melawan kematian."
Keinginan
dan usaha kuat dari Stacie berbuah manis. Ia dan bayinya berhasil
melewati momen kritis tersebut. Stacie menghabiskan waktunya
beristirahat di atas ranjang rumah sakit untuk beberapa hari kemudian.
Pada
saat itu, kanker sudah membutakan sebelah matanya dan suara yang
keluar dari mulutnya sudah tidak bisa terdengar dengan jelas.
Stacie,
di tengah kondisinya yang sangat parah meminta kepada dokter agar
dipertemukan dengan anaknya yang ia cintai dan ia beri nama Dottie Mae.
Namun dokter mengatakan bahwa dirinya terlalu lemah untuk dibawa
mengunjungi anaknya. Dan anaknya juga terlalu lemah untuk dibawa
mengunjungi ibunya.
Tanggal
8 September, jantung Stacie sekali lagi berhenti. Dokter segera
memberitahukan keluarganya bahwa saat kematian Stacie sudah sangat
dekat. Tetapi Stacie belum pernah sekalipun menemui anaknya secara
langsung.
Menyadari
perasaan seorang ibu, seorang suster yang juga seorang ibu, meminta
kepada rumah sakit agar meminjamkan kapsul khusus untuk membawa Dottie
Mae ke ruangan ibunya berada.
Ray
menanyakan kepada Stacie apa yang akan ia rasakan jika ia dapat
melihat putrinya pada hari itu. Mata Stacie terbelalak dan ia memohon
agar dapat bertemu dengan anak yang telah ia lahirkan dengan segala
pengorbanan jiwanya.
Dotti Mae bersama Ray
Suster akhirnya datang bersama Dottie Mae dan kemudian menaruh tubuh
bayi kecil itu di atas dada Stacie. Sepasang ibu dan anak itu saling
bertatapan untuk beberapa menit.
"Semua orang terdiam. Keadaan menjadi sunyi," cerita Ray ke NewsOK.
Tiga hari kemudian, Stacie menghembuskan napas terakhirnya. Jasadnya dimakamkan pada tanggal 14 September.
Dottie Mae kini dirawat oleh Ray dan Jennifer yang sudah mempunyai 4 orang anak sebelumnya.
Sumber : Fashingnet.com
0 comments:
Posting Komentar