19 Desember 2012

Pernikahan Anda di Ambang Cerai? Pikirkan Hal-hal Ini

http://data.tribunnews.com/foto/bank/images/Korban-Rayuan-Anggota-dPRD.jpg
 
Sebut saja kisah perceraian Katie Holmes dan Tom Cruise yang mencuri perhatian media. Lalu Danny DeVito, selebriti yang sedang hangat menjadi bahan pemberitaan karena perceraiannya dengan Rhea Perlman. Perempuan yang telah berbagi hidup selama 30 tahun.

Bukan hanya selebritis, tapi ada juga pasangan yang mengalami hal sama. Tidak akan ada orang yang  merekomendasikan Anda untuk bertahan dalam hubungan yang menyakitkan, apalagi penuh kekerasan. Tapi menurut Julia Flood, Psychotherapist yang merupakan terapis dan edukator pernikahan percaya bahwa perempuan yang merenungkan perceraian akan mendapatkan keuntungan dari melihat masalah ini dengan hati-hati dari semua sisi.

Tidak ada yang menganggap ringan sebuah perceraian dan tidak setiap pernikahan dapat atau harus diselamatkan. Kondisi setiap orang berbeda, hanya Anda yang tahu persis situasi rumah tangga serta hubungan dengan pasangan. Faktor yang paling penting adalah untuk tidak membuat keputusan tanpa pertimbangan. Tetapi Anda membutuhkan  dukungan yang tepat dan serta layak untuk menentukan keputusan yang besar. Paling tidak ada 4 hal untuk dipertimbangkan sebelum Anda melakukan gugatan ke pengadilan:

1.  Apa kerugian saya?
Perceraian berarti perubahan besar. Perubahan pendapatan (pemasukan), asuransi kesehatan, mungkin juga tempat tinggal. Tanyakan pada diri sendiri, mampukah saya mandiri? Apakah saya bersedia untuk membuat pengorbanan? Apakah saya memiliki kontak sosial yang cukup untuk membuka bisnis, mendapatkan kerjaan atau menghasilkan pendapatan yang dapat menutupi pengeluaran. Biar pun Anda memiliki penghasilan tapi selama ini pengeluaran bukan tanggung jawab Anda 100 persen. Semua ini mungkin bukan faktor penentu untuk Anda, tetapi menyempatkan waktu untuk mempertimbangkan semua konsekuensi dari perubahan tak ada salahnya. Setidaknya, Anda siap kalau nanti harus kehilangan beberapa pembelanjaan pribadi.

2. Apakah saya akan lebih bahagia?
Saat ini Anda mungkin sedang berada dalam kondisi yang menyedihkan. Namun perlu diingat bahwa perceraian itu juga berdampak stres pada diri Anda. Sehingga hal ini jelas bukan cara cepat untuk membalikan perasaan Anda. Perempuan bercerai banyak terkejut bahwa ketidakbahagiaan mereka tidak menghilang setelah mereka berpisah dengan pasangannya. Emma Thompson, Halle Berry, Nicole Kidman adalah beberapa contoh terbaru di antara banyak selebriti yang mengakui menderita depresi pasca-perceraian. Jadi jujurlah dalam menilai diri sendiri: apa pikiran dan perasaan muncul saat saya membayangkan bercerai? Apa saja kesulitan emosional atau perubahan mood  yang mungkin terjadi pada diri saya? Apakah masalah, setidaknya separuh beban ketidakbahagian dalam diri akan terangkat? Memiliki memiliki teman dekat, keluarga, kelompok pendukung, atau psikoterapi sangat penting pada saat ini dalam hidup Anda. Mereka diperlukan dalam mencari tahu yang terbaik sekaligus cara menghadapi akibatnya.

3. Bagaimana perceraian mempengaruhi anak saya?
Hal ini yang benar-benar besar. Akal sehat mengatakan pernikahan dengan tingkat konflik yang tinggi lebih buruk daripada perceraian damai. Tetapi yang terakhir bisa menjadi pengecualian, terutama ketika pengaturan hak asuh membuat Anda justru terlibat dalam konflik konstan dengan mantan suami. Sebuah publikasi terbaru oleh Drs. Friedman dan Martin, didasarkan pada studi longevity selama delapan dekade tentang kecemasan dari dampak buruk perceraian pada anak-anak. Hal yang paling merusak anak, adalah tingkat konflik yang tinggi dalam keluarga. Jadi terlepas Anda bercerai atau tidak, jika Anda memiliki anak, Anda berdua harus tetap mengatasi setiap konflik yang timbul dalam rumah tangga. Kalaupun perceraian tidak bisa dihindari, pertimbangkan untuk mencari mediator perceraian dan konseling pengasuhan anak untuk menjaga konflik yang timbul antara Anda dan mantan pasangan tetap pada tingkat yang minimum.

4. Apakah saya telah berusaha?
Keinginan untuk berpisah biasanya berasal dari tidak ingin menerima kenyataan ketidakbahagian telah terjadi. Tidak ada yang salah dengan merasa tidak bahagia dalam pernikahan. Justru ketidakbahagiaan dapat menjadi indikator yang berharga bahwa ada sesuatu yang salah dan harus diperbaiki. Ini bisa menjadi sarana belajar cara mengekspresikan hal yang tidak dapat diterima Anda secara efektif dan benar-benar didengar oleh pasangan? Dalam banyak kasus, masih akan ada waktu untuk bercerai di kemudian hari, namun mungkin tidak selalu ada waktu untuk menyelamatkan pernikahan. Pastikan Anda sudah mencoba yang Anda bisa dengan pernikahan Anda sebelum bercerai. Anda mungkin akan memerlukan bantuan seorang profesional yang terampil dalam membantu memperbaiki hubungan rumah tangga.

0 comments:

Posting Komentar