Selama
ini kita mengenal dua bentuk pengobatan. Pengobatan sebelum terjangkit
penyakit / pencegahan ( At thib Al wiqo`i), dan pengobatan setelah
terjangkit penyakit (at thib al `ilaji). Nah, dengan mencontoh pola
makan Rasulullah, kita sebenarnya sedang menjalani terapi pencegahan
penyakit dengan makanan. (attadawi bil ghidza`). Ini tentu jauh lebih
baik daripada kita harus "berhubungan" dengan obat-obat kimia.
Dalam setiap aktifitas dan pola hidupnya, Rasulullah memang sudah
disiapkan untuk menjadi contoh teladan bagi semua manusia., termasuk
dalam hal pola makan. Memang sih, hanya urusan makanan. Tetapi kalau
dengan pola makan tersebut, Rasulullah kemudian memiliki tubuh yang
sehat, kuat, dan sanggup mengalahkan para pegulat, tampaknya kita harus
mikir lagiuntuk mengatakan hanya. Ini bukan perkara remeh. Sebab salah
satu faktor penting penunjang fisik prima Rasulullah adalah kecerdasan
beliau dalam memilih menu makanan dan mengatur pola konsumsinya.
Hal pertama yang menjadi menu keseharian Rasulullah adalah udara segar
di subuh hari. Sudah umum di ketahui bahwa udara pagi kaya dengan
oksigen dan belum terkotori oleh zat-zat lain. Ini ternyata sangat
besar pengaruhnya terhadap vitalitas seseorang dalam aktifitasnya
selama sehari penuh. Maka tidak usah heran ketika kita tidak bangun di
subuh hari, kita menjadi terasa begitu malasuntuk beraktifitas.
Selanjutnya rasulullah menggunakan siwak untuk menjaga kesehatan mulut
dan giginya.
Lepas dari subuh, Rasulullah membuka menu
sarapannya dengan segelas air yang dicampur dengan sesendok madu asli.
Khasiatnya luar biasa. Dalam Al qur`an, kata "syifa" / kesembuhan, yang
dihasilkan oleh madu, diungkapkan dengan isim nakiroh, yang berarti
umum, menyeluruh. Di tinjau dari ilmu kesehatan, madu befungsi
membersihkan lambung, mengaktifkan usus-usus, menyembuhkan sembelit,
wasir dan peradangan. Dalam istilah orang arab, madu dikenal dengan "al
hafidz al amin", karena bisa menyembuhkan luka bakar.
Masuk
waktu dluha, Rasulullah selalu makan tujuh butir kurma ajwa`/matang.
Sabda beliau, barang siapa yang makan tujuh butir korma, maka akan
terlindungi dari racun. Dan ini terbukti ketika seorang wanita yahudi
menaruh racun dalam makanan Rasulullah dalam sebuah percobaan
pembunuhan di perang khaibar, racun yang tertelan oleh beliau kemudian
bisa dinetralisir oleh zat-zat yang terkandung dalam kurma. Bisyir ibnu
al Barra`, salah seorang sahabat yang ikut makan racun tersebut,
akhirnya meninggal. Tetapi Rasulullah selamat. Apa rahasianya? Tujuh
butir kurma!
Dalam sebuah penelitian di Mesir, penyakit kanker
ternyata tidak menyebar ke daerah-daerah yang penduduknya banyak
mengkonsumsi kurma. Belakangan terbukti bahwa kurma memiliki zat-zat
yang bisa mematikan sel-sel kanker. Maka tidak perlu heran kalau Allah
menyuruh Maryam ra,untuk makan kurma disaat kehamilannya. Sebab memang
itu bagus untuk kesehatan janin.
Dahulu, Rasulullah selalu
berbuka puasa dengan segelas susu dan korma, kemudian sholat maghrib.
Kedua jenis makanan itu kaya dengan glukosa, sehingga langsung
menggantikan zat-zat gula yang kering setelah seharian berpuasa.
Glukosa itu sudah cukup mengenyangkan, sehingga setelah sholat maghrib,
tidak akan berlebihan apabila bermaksud untuk makan lagi.
Menjelang sore hari, menu Rasulullah selanjutnya adalah cuka dan minyak
zaitun. Tentu saja bukan cuma cuka dan minyak zaitunnya saja, tetapi
di konsumsi dengan makanan pokok, seperti roti misalnya. Manfaatnya
banyak sekali, diantaranya mencegah lemah tulang dan kepikunan di hari
tua, melancarkan sembelit, menghancurkan kolesterol dan memperlancar
pencernaan. Ia juga berfungsiuntuk menncegah kanker dan menjaga suhu
tubuh di musim dingin.
Ada kisah menarik sehubungan dengan
buah tin dan zaitun, yang Allah bersumpah dengan keduanya. Dalam
alquran, kata "at tin" hanya ada satu kali, sedangkan kata "az zaytun"
di ulang sampai tujuh kali. Seorang ahli kemudian melakukan penelitian,
yang kesimpulannya, jika zat-zat yang terkandung dalam tin dan zaitun
berkumpul dalam tubuh manusia dengan perbandingan 1:7, maka akan
menghasilkan "ahsni taqwim", atau tubuh yang sempurna, sebagaimana
tercantum dalam surat at tin. Subhanallah! Syaikh Ahmad Yasin adalah
salah seorang yang rutin mengkonsumsi jenis makanan ini, sehingga
wajarlah beliau tetap sehat, kuat dan begitu menggentarkan para yahudi,
meskipun lumpuh sejak kecil. Kalau saja beliau tidak lumpuh,
barangkali sudah habis para yahudi Israel itu.
Di malam hari,
menu utama Rasulullah adalah sayur-sayuran. Beberapa riwayat
mengatakan, belaiau selalu mengkonsumsi sana al makki dan sanut. Anda
kenal nama tersebut? Di mesir,kata Dr. Musthofa, keduanya mirip dengan
sabbath dan ba`dunis. Masih tidak kenal juga? Dr. Musthofa kemudian
menjelaskan, secara umum sayur-sayuran memiliki kandungan zat dan
fungsi yang sama, yaitu memperkuat daya tahan tubuh dan melindunginya
dari serangan penyakit. Jadi, asalkan namanya sayuran, sepanjang itu
halal, Insya Allah bergizi tinggi. Maka, para penggemar kangkung dan
bayam tidak usah panik. Para pedagang tauge juga tidak perlu pindah
haluan. OK?
Disamping menu wajib di atas, ada beberapa jenis
makanan yang disukai Rasulullah tetapi beliau tidak rutin
mengkonsumsinya. Diantaranya tsarid, yaitu campuran antara roti dan
daging dengan kuah air masak. Jadi ya kira-kira seperti bubur ayam
begitulah. Kemudian beliau juga senang makan buah yaqthin atau labu
manis, yang terbukti bisa mencegah penyakit gula. Kemudian beliau juga
senang makan anggur dan hilbah.
Sekarang masuk pada tata cara mengkonsumsinya:
Ini tidak kalah pentingnya dengan pemilihan menu. Sebab setinggi
apapun gizinya, kalau pola konsumsinya tidak teratur, akan buruk juga
akibatnya. Yang paling penting adalah menghindari isrof, atau
berlebihan. Kata Rasulullah, "cukuplah bagi manusia itu beberapa suap
makanan, kalaupun harus makan, maka sepertiga untuk makanannya,
sepertiga untuk air minumnya dan sepertiga lagi untuk nafasnya" (al
hadis). Ketika seseorang terlalu banyak makanannya, maka lambungnya akan
penuh dan pernafasannya tidak bagus, sehingga zat-zat yang terkandung
dalam makanan tersebut menjadi tidak berfungsi dengan baik. Imbasnya,
kondisi fisik menjadi tidak prima, dan aktifitaspun tidak akan maksimal.
Dr. Musthofa menekankan bahwa assyab`u ,yang berarti kenyang itu bukan
al imtila` , atau memenuhi. Tetapi kenyangadalah tercukupinya tubuh
oleh zat-zat yang dibutuhkannya, sesuai dengan proporsi dan ukurannya.
Jadi ini penting; jangan kekenyangan!
Kemudian Rasulullah juga
melarang untuk idkhol at thoam alatthoam, alias makan lagi sesudah
kenyang. Suatu hari, di masa setelah wafatnya rasulullah, para sahabat
mengunjungi Aisyah ra. Waktu itu daulah islamiyah sudah sedemikian luas
dan makmur. Lalu, sambil menunggu Aisyah ra, para sahabat, yang sudah
menjadiorang-orang kaya , saling bercerita tentang menu makanan mereka
yang meningkat dan bermacam-macam. Aisyah ra, yang mendengar hal itu
tiba-tiba menangis. "apa yang membuatmu menangis, wahai bunda?" tanya
para sahabat. Aisyah ra lalu menjawab, "dahulu Rasulullah tidak pernah
mengenyangkan perutnya dengan dua jenis makanan. Ketika sudah kenyang
dengan roti, beliau tidak akan makan kurma, dan ketika sudah kenyang
dengan kurma, beliau tidak akan makan roti". Dan penelitian membuktikan
bahwa berkumpulnya berjenis-jenis makanan dalam perut telah melahirkan
bermacam-macam penyakit. Maka sebaiknya jangan gampang tergodauntuk
makan lagi, kalau sudah yakin bahwa anda sudah kenyang.
Yang
selanjutnya , rasulullah tidak makan dua jenis makanan panas atau dua
jenis makanan yang dingin secara bersamaan. Beliau juga tidak makan ikan
dan daging dalam satu waktu dan juga tidak langsung tidur setelah
makan malam, karena tidak baik bagi jantung. Beliau juga meminimalisir
dalam mengkonsumsi daging, sebab terlalu banyak daging akan berakibat
buruk pada persendian dan ginjal. Pesan Umar ra " Jangan kau jadikan
perutmu sebagai kuburan bagi hewan-hewan ternak!". Ayam, kambing,
lembu, kerbau semuanya masuk. Kan kasihan tuh, tetangga nggak kebagian.
Hehehe… nggak ding! Maksudnya itu tidak baik bagi kesehatan.
Jadi begitu, saudara-saudara. Ini barangkali baru sedikit. Masih banyak
pola hidup sehat ala Rasulullah yang bisa kita pelajari. Kali ini, Dr.
Musthofa memang khusus membahas menu makan dan cara mengkonsumsinya.
Dari sini kita bisa tahu bahwa ternyata Rasulullah sangat memperhatikan
masalah gizi dan menu makanan. Dan di tengah mengaburnya semangat
untuk mengikuti sunnah rasul, ini bisa menjadi spirit untuk memulai
menghidupkannya kembali. Apalagi menu-menu tersebut terbukti bisa
dipertanggungjawabkan secara kesehatan. Nah, masih kurang ilmiah?
(Disarikan
dari Ceramah Umum "ghidza`unnabi" oleh Prof. Dr. Musthofa Romadlon di
Wisma Nusantara, Kairo. Mesir) tulisan ini ditulis oleh Muhammad As'ad
Mahmud, Lc).
0 comments:
Posting Komentar